Herman William Daendels
merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36 yang berkuasa pada tahun
1808-1811. Pada masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis, dan
pengangkatan Daendels sebagai Gubernur Jenderal oleh Raja Belanda Louis
Bonaparte atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte. Dalam buku sejarah Daendels
dikenal memerintah dengan tangan besi dan memerintahkan kerja paksa untuk
membangun jalan Anyer Panarukan yang dikenal dengan jalur Daendles. Bahkan ada
jalur pantai selatan pulau Jawa antara Yogyakarta-Cilacap juga dikenal dengan
jalur Daendels. Tapi benarkah jalur tersebut dibangun dibawah pemerintahan
Daendels? Atau hanya mithos?
Berbeda dengan apa yang
dipercaya orang selama ini, Daendels selama masa pemerintahannya memang
memerintahkan pembangunan jalan di Jawa tetapi tidak dilakukan
dari Anyer hingga Panarukan. Sebagaimana dikutip wikipedia
jalan antara Anyer dan Batavia sudah ada ketika Daendels
tiba.
Oleh karena itu menurut
het Plakaatboek van Nederlandsch Indie jilid 14, Daendels mulai membangun
jalan dari Buitenzorg (Bogor) menuju Cisarua dan
seterusnya sampai ke Sumedang. Pembangunan dimulai bulan Mei 1808.
Di Sumedang, proyek
pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang sulit karena terdiri
atas batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak melakukan proyek tersebut dan
akhirnya pembangunan jalan macet. Akhirnya Pangeran Kornel turun tangan dan
langsung menghadap Daendels untuk meminta pengertian atas penolakan para
pekerja. Ketika mengetahui hal ini, Daendels memerintahkan komandan pasukan
zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri,
bukit padas berhasil diratakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung.
Sampai Karangsambung, proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para
bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan
masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras
serta jatah garam setiap minggu.
Setibanya di
Karangsambung pada bulan Juni 1808, dana tiga puluh ribu gulden yang
disediakan Daendels untuk membayar tenaga kerja ini habis dan di luar
dugaannya, tidak ada lagi dana untuk membiayai proyek pembangunan jalan
tersebut.
Ketika Daendels
berkunjung ke Semarang pada pertengahan Juli 1808, ia mengundang semua bupati
di pantai utara Jawa. Dalam pertemuan itu Daendels menyampaikan bahwa proyek
pembangunan jalan harus diteruskan karena kepentingan mensejahterakan rakyat
(H.W. Daendels, Staat van Nederlandsch Indische Bezittingen onder bestuur van
Gouverneur Generaal en Marschalk H.W. Daendels 1808-1811, ’s Gravenhage, 1814).
Para bupati
diperintahkan menyediakan tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini
dibebaskan dari kewajiban kerja bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya
untuk membangun jalan. Sementara itu para bupati harus menyediakan kebutuhan
pangan bagi mereka. Semua proyek ini akan diawasi oleh para prefect yang
merupakan kepala daerah pengganti residen VOC. Dari hasil kesepakatan itu,
proyek pembangunan jalan diteruskan dari Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan
Agustus 1808 jalan telah sampai di Pekalongan.
Sebenarnya jalan yang
menghubungkan Pekalongan hingga Surabaya telah ada, karena
pada tahun 1806 Gubernur Pantai Timur Laut Jawa Nicolaas Engelhard telah
menggunakannya untuk membawa pasukan Madura dalam rangka menumpas
pemberontakan Bagus Rangin di Cirebon (Indische Tijdschrift,
1850). Jadi Daendels hanya melebarkannya. Tetapi ia memang memerintahkan
pembukaan jalan dari Surabaya sampai Panarukan sebagai pelabuhan ekspor paling
ujung di Jawa Timur saat itu.
Dalam berbagai laporan
pada masa pemerintahan Daendels tidak membangun jalur pantai selatan antara
Kulon Progo (Yogyakarta) dan Cilacap. Tapi entah kenapa jalur tersebut disebut
dengan jalur Daendels seperti penyebutan jalan Anyer-Panarukan. Padahal
Daendels hanya membangun sebagian saja, lainnya melebarkan jalan.
Kontroversi terjadi
tentang pembangunan jalan ini. Pada masa Daendels banyak pejabat Belanda yang
dalam hatinya tidak menyukai Perancis tetapi tetap setia kepada dinasti Oranje
yang melarikan diri ke Inggris. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena
penentangan terhadap Daendels berarti pemecatan dan penahanan dirinya. Hal itu
menerima beberapa orang pejabat seperti Prediger (Residen Manado), Nicolaas
Engelhard (Gubernur Pantai Timur Laut Jawa) dan Nederburgh (bekas pimpinan
Hooge Regeering).
Mereka yang dipecat ini
kemudian kembali ke Eropa dan melalui informasi yang dikirim dari para pejabat
lain yang diam-diam menentang Daendels (seperti Peter Engelhard Minister Yogya,
F. Waterloo Prefect Cirebon, F. Rothenbuhler, Gubernur Ujung Timur Jawa),
mereka menulis keburukan Daendels. Di antara tulisan mereka terdapat proyek
pembangunan jalan raya yang dilakukan dengan kerja rodi dan meminta banyak
korban jiwa. Sebenarnya mereka sendiri tidak berada di Jawa ketika proyek
pembangunan jalan ini dibuat. Ini terbukti dari penyebutan pembangunan jalan
antara Anyer dan Panarukan, padahal Daendels membuatnya dimulai dari
Buitenzorg.
Sayang sekali
arsip-arsip mereka lebih banyak ditemukan dan disimpan di arsip Belanda,
sementara data-data yang dilaporkan oleh Daendels atau para pejabat yang setia
kepadanya (seperti J.A. van Braam, Minister Surakarta) tidak ditemukan kecuali
tersimpan di Perancis karena Daendels melaporkan semua pelaksanaan tugasnya
kepada Napoleon setelah penghapusan Kerajaan Belanda pada tahun 1810. Sejarawan
Indonesia yang banyak mengandalkan informasi dari arsip Belanda ikut berbuat
kesalahan dengan menerima kenyataan pembangunan jalan antara Anyer-Panarukan
melalui kerja rodi.
Kontroversi lain yang
menyangkut pembangunan jalan ini adalah tidak pernah disebutkannya manfaat yang
diperoleh dari jalan tersebut oleh para sejarawan dan lawan-lawan Daendels.
Setelah proyek pembuatan jalan itu selesai, hasil produk kopi dari pedalaman Priangan
semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan
Indramayu padahal
sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopi Sumedang,Limbangan, Cisarua dan Sukabumi.
Begitu juga dengan adanya jalan ini, jarak antara Surabaya-Batavia yang
sebelumnya ditempuh 40 hari bisa disingkat menjadi 7 hari. Ini sangat
bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam
dinas pos.
0 komentar:
Posting Komentar