Minggu, 25 November 2012
Pidato Bung Tomo
06.05
No comments
Bismillahirrahmanirrahim
Merdeka!!!
Saoedara-saoedara
rakjat djelata di seloeroeh Indonesia,teroetama saoedara-saoedara pendoedoek
kota Soerabaia.Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini Inggris telah
menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.Kita
diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang ditentoekan,menjerahkan sendjata-sendjata
jang kita reboet dari Djepang.
Mereka minta
soepaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan.Mereka telah minta
soepaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih
tanda menjerah kepada mereka.
Saoedara-saoedara,didalam
pertempoeran-pertempoeran jang lampaoe,kita sekalian telah menoendjoekan bahwa rakjat
Indonesia di Soerabaia,pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,pemoeda-pemoeda
jang berasal dari Soelawesi,pemoeda-pemoeda jang berasal dari poelaoe
Bali,pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,pemoeda-pemoeda dari
seloeroeh Soematra,pemoeda Atjeh,pemoeda Tapanoeli,dan seloeroeh pemoeda
Indonesia jang ada di Soerabaia ini,di dalam pasoekan-pasoekan mereka
masing-masing dengan pasoekan-pasoekan rakjat jang dibentoek di
kampoeng-kampoeng,telah menoendjoekan satoe pertahanan jang tidak bisa di
djebol,telah menoendjoekan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit
dimana-mana.
Hanja karena
taktik jang litjik daripada mereka itoe,saoedara-saoedara,dengan mendatangkan
presiden dan pemimpin-pemimpin lainja ke Soerabaia ini,maka kita toendoek
oentoek menghentikan pertempoeran.Tetapi pada masa itoe,mereka telah memperkoeat
diri,dan setelah mereka koeat,sekarang inilah keadaanja.
Saoedara-saoedara,kita
semoeanja,kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaia ini akan menerima tantangan
tentara Inggris ini.Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaia
ingin mendengarkan djawaban rakjat Indonesia,ingin mendengarkan djawaban
seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaia ini.Dengarkanlah ini hai
tentara Inggris,ini djawaban rakjat Soerabaia,ini djawaban pemoeda Indonesia
kepada kaoe sekalian.
Hai tentara
Inggris!
Kaoe
menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek
kepadamoe,menjoeroeh kita mengangkat tangan datang kepadamoe,kaoe menjoeroeh
kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari Djepang oentek diserahkan kepadamoe.
Toentoetan
itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek
menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada.Tetapi inilah djawaban
kita :
Selama banteng-banteng
Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih
mendjadi merah dan poetih,maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada
siapa poen djoega!
Saoedara
–saoedara rakjat Soerabaia,siaplah keadaan genting,tetapi saia peringatkan
sekali lagi,djangan moelai menembak,baroe kalaoe kita ditembak,maka kita akan
ganti menjerang mereka itoe.
Kita
toendjoekan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.Dan
kita,saoedara-saoedara,lebih baik kita hantjoer leboer daripada tidak merdeka.Sembojan
kita tetap MEREKA ataoe MATI.
Dan kita
jakin,saoedara-saoedara,pada achirnja pastilah kemenangan akan djatoeh ke
tangan kita sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar,pertjajalah
saoedara-saoedara,Toehan akan melindoengi kita sekalian.
Allahoe
Akbar...!!!
Allahoe
Akbar...!!!
Allahoe
Akbar...!!!
MERDEKA!!!
Profil Bung
Tomo
Nama :
Sutomo
Lahir : Jawa
Timur,3 Oktober 1920
Wafat :
Padang Arafah,7 Oktober 1981
Kamis, 18 Oktober 2012
Pendudukan Bala Tentara Jepang di Pontianak
03.31
No comments
Pemerintahan Pendudukan Militer Jepang di Kalbar
Oleh: Syafaruddin Usman MHD
Oleh: Syafaruddin Usman MHD
Pada Jumat 19 Junigatsu 2601 (19 Desember 1941) Kota Pontianak diserang 9 pesawat pembom Jepang. Masyarakat mulai hidup dalam ketidakberanian atas peperangan. Maka kemudian, 28 Ichigatsu 2602 (28 Januari 1942) politik bumihangus dilakukan. Kemudian, 29 Ichigatsu 2602 balatentara Dai Nippon mulai memasuki dan menduduki Kota Pontianak. Sejak hari itu pula sistem pemerintahan dikendalikan balatentara Dai Nippon.
Sejak 29 Ichigatsu 2602 (29 Januari 1942), pmerintahan Kalimantan (Borneo) Barat dikendalikan Gunseibu, untuk seterusnya dilanjutkan atau digantikan Minseibu. Pada 20 Jugatsu 2602 bertempat di Gedung Kaigun Kaigisjo Pontianak dilangsungkan rapat pemerintahan Borneo Barat. Balatentara Jepang mendarat pertamakali di Kalimantan Barat, mulai dari Pemangkat 26 Ichigatsu 2602. Dua hari kemudian, 28 Ichigatsu 2602, pasukan ini bergerak dan menduduki Pontianak, seterusnya menduduki Singkawang, Mempawah dan sekitarnya.
Pada 29 Ichigatsu 2602 (29 Januari 1942) tiba di Pontianak Opsir Nippon, Morita, sebagai pimpinan sementara Dai Nippon untuk Kalimantan Barat, baik sipil maupun militer. Selanjutnya sebulan kemudian, Februari 1942, Morita diganti Izumi sebagai gunseibu. Izumi segera mengaktifkan media massa propaganda Borneo Barat Shinbun (BBS) dan merestui dibentuknya Nis Sin Kwai (Nissinkwai). Dengan peralihan kekuasaan atas Kalimantan Barat dari Rikugun ke Kaigun, maka Izumi digantikan Kuno. Kuno kemudian digantikan S Yoneda yang meneruskan kekuasaan pemerintahan selanjutnya.
Di masa Yoneda selaku Gunseibu Kalimantan Barat, selain Nis Sin Kwai (NSK), ia membolehkan untuk terus aktif 3 organisasi lain. Masing-masing Indo Djin Djijoe Renmei (Indian Independence League) Pontianak, Serikat Dagang Indonesia Pontianak (Sadip) dan Sin Boku Kai (Pervindo).
Indo Djin Djijoe Renmei (Indian Independence League, IIL Pontianak) terdiri dari Kernal Singh, V Tarachand, Lilaram, Md Joesoef, A Madjid, MRE Ponnusamy dan Lekhoomal. Adapun Sadip terdiri dari Nasroen gelar Radja Soetan Pangeran (Ketua), M Rasad (Wakil Ketua), MK Soekimo (Penulis), M Tahir H Arip (Bendahara) dengan anggota pengurus Ramli HM Tahir, M Joesoef, H Djafar H Abdoerrasjid, Jasid gelar Soetan Roemah Tinggi, H Badroeddin H Abdul Fattah, Goesti Mohammad Poetra, MK Indera Mahjoeddin, H Harahap dan Ranie Soelaiman. Adapun Sin Boku Kai (Pervindo) terdiri dari A Kismet (Ketua), Natarsjah (Ketua Muda), HM Aboebakar (Penulis), SS Faizulla (Bendahara) dengan anggota Goelam Abbas bin Abdoel Hoesein, Govindabaij, HM Abdullah, Lilaram, A Madjid dan Lalsingh serta penasehat Kernal Singh dan Lekhoomal.
Pada 13 Shichigatsu 2602 (13 Juli 1942, Senin) untuk pertamakalinya sejak dibentuk Februari 1942, diadakan rapat pengurus organisasi Nis Sin Kwai (Nissinkwai, NSK), bertempat di Sositeit Medan Sepakat di Landraadweg (Jalan Jenderal Urip Pontianak sekarang). Rapat dibuka Ketua Nissinkwai Notosoedjono (Rd Pandji Mohamad Dzoebier Notosoedjono). Dipertegas dalam rapat pengurus tersebut, bahwa: “…organisasi ini dibentuk dengan maksud jaitoe hendak mentjahari soeatoe persatoean jang kekal dan kemadjoean diantara kita bangsa2 Asia seloeroehnja …”
Dijelaskan juga, “… karena itoe djoega pendirian dan Nis Sin Kwai disini boekan sadja mendapat persetoedjoean dari pembesar2 militer Nippon disini, tapi poela mendapat sokongan, seperti andjoeran dari pihak atasan soepaja sekalian pegawai2 negeri mesti memasoekkan dirinja dalam perserikatan ini …”
Semboyan organisasi ini (Nis Sin Kwai) adalah Hidoeplah Dai Nippon! Hidoeplah Nis Sin Kwai! Hidoeplah Asia Raja! Berdasarkan Azas dan Toedjoean atau Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga-nya dijelaskan: Nis berarti Nippon, Sin artinya wakil masyarakat, dan Kwai artinya perserikatan atau organisasi. Ditegaskan pula, “…oentoek akan dapat mentjiptakan persatoean jang dikandoengnja itoe, maka tiap2 orang jang telah masoek dalam Nis Sin Kwai mesti bekerja dengan sedapat2nja mempropagandakan tjita2 dari partainja, baik dengan moeloet, maoepoen dengan toelisan, sehingga tertjapailah angan2 dan tjita2 dari partai Nis Sin Kwai ini …”
Pada 15 Shichigatsu 2602 (15 Juli 1942, Rabu), sejak hari ini pelaksana pemerintahan pendudukan Dai Nippon dialihkan dari semula Rikugun Gun Sei Bu (Gunseibu) kepada Kaigun Min Sei Bu (Minseibu). Struktur pemerintahan sebagaimana struktur pemerintahan di masa kolonial Belanda, sebelum Perang Dunia II, di Kalimantan Barat, tidak mengalami perubahan. Sebagai Min Sei Bu Shutcho Sho diangkat Kenkichi Kuno (K Kuno) dengan sebutan Shutchosho Cho Dai Nippon Kaigun Min Sei Bu atau Pembesar Kantor Min Sei Bu Borneo Barat Cabang Pontianak.
Sebelumnya, sejak pendudukan Pontianak, jabatan ini dijabat oleh S Izumi dari Gunseibu (Angkatan Darat) Dai Nippon Teikoku. Izumi menjabat antara Desember 1941 sampai 15 Juli 1942. Bersama Izumi, pimpinan pasukan Angkatan Darat atau Kepala Pasoekan Bintang selama ini dijabat oleh Omino. Beberapa pejabat teras lainnya seperti Okoeda, Watanabe dan Sakano yang bertugas di Singkawang.
Pada 17 Hachigatsu 2602 (17 Agustus 1942), memulai jabatannya memerintah di Pontianak, S Joneda, selaku Borneo Minseibu Pontianak Shibu-Cho. Joneda adalah pembesar militer Jepang yang menggantikan Kuno, peabat atau penguasa militer sebelumnya. Pada 9 Kugatsu 2602 (9 September 1942), organisasi Parindra Kalimantan Barat membubarkan diri atas tekanan pemerintah Dai Nippon. Pembubaran itu didasarkan pada Undang Undang Nomor 23 dari Balatentara Dai Nippon di Jakarta, serta diberlakukannya peraturan larangan untuk berkumpul sejak 27 Juli 1942 yang memang sudah ditetapkan sebelumnya. Pernyataan pembubaran itu ditandatangani Majelis Daerah Parindra Kalimantan Barat yang terdiri dari Ranie Soelaiman (Bung Djasafandi), Hidajat Ismail, Notosoedjono (RP Mohammad Dzoebier Notosoedjono), dr RMA Diponegoro dan Mohd Tahir.
Pada 30 September 1942 diumumkan susunan pemerintahan di Pontianak, masing-masing Sigeeda (Bidang Pemerintahan), Kuno (Keuangan), Ishida (ekonomi) dan Urusan Umum dirangkap Yoneda. Pada hari yang sama diumumkan pula kepengurusan Pontianak Ishutsunyu Kumiai, terdiri dari Ketua Lim Ek Djoe dengan anggota Yanagisawa, K Ogawa, Ng Ngiap Soen, Tjhin Tjhong Hin, Nasroen gelar Radja Soetan Pangeran, H Abdullah HA Fattah, Rohana, Sj Abd b Sj Aboebakar, dan Tarachand.
PERISTIWA MAUT KAPAL TERBANG SEMBILAN
Balatentara Jepang mulai menduduki Kalimantan Barat melalui Kota Pontianak sejak Jumat 19 Desember 1941 pukul 11.00 tengah hari. Hari itu sebagian besar kaum muslimin tengah sholat Jumat. Jepang membom secara brutal, banyak warga sipil dan anak sekolah yang jadi korban. Pemboman daerah Kampung Bali itu oleh banyak saksi mata dikatakan salah sasaran. Yang dituju pesawat pembom Jepang itu Tangsi Militer Belanda yang ada di hadapannya.
Selanjutnya berturut-turut 19, 22 dan 27 Desember 1941 Kota Pontianak terus menerus dihujani bom sehingga menghanguskan Kampung Bali dan Parit Besar serta bagian wilayah kota lainnya. Kapal Lien dan Irma milik Pontianak River Transport Dient yang merupakan angkutan andalan sungai pada masa itu dibom tenggelam di Sukalanting sekitar 30 Km dari Kota Pontianak. Kapal Sri Kapoeas dan West Borneo tidak diketahui nasibnya. Demikian pula kapal swasta Kong Neng, Kong Fa dan lainnya yang berlayar hingga Putussibau.
Sejumlah sembilan unit pesawat tempur menderu-deru. Kesembilan pesawat itu masing-masing jenis A6M2 Zero yang bertolak dari pangkalan Davao di Mindanao Selatan yang baru ditinggalkan pasukan Amerika. Peristiwa ini dikenal luas kemudian dengan Peristiwa Bom Sembilan atau Peristiwa Kapal Terbang Sembilan. Serangan atas Pontianak dan sekitarnya itu didahului pesawat pengintai C5M2, juga buatan Mitsubishi, satuan pesawat Zero terbang dari Sarawak ke arah Kota Pontianak.
Armada Angkatan Laut Dai Nippon (Kaigun) mendarat di perairan utara Kalimantan Barat di Pemangkat lewat Tanjung Kodok pada 22 Januari 1942. Sedikitnya berjumlah 3.000 orang, mereka berasal dari Sarawak yang merupakan kesatuan tempur dari Pasukan ke-29. Pendaratan itu tidak mendapat hadangan dari tentara Belanda yang sudah kocar-kacir. Meski sempat bertahan di kawasan Gunung Pendering 45 Kilometer arah timur Singkawang. Hampir waktu bersamaan di tempat terpisah, pendaratan itu terjadi pula di Ketapang.
Belanda punya perhitungan lain, membumihanguskan beberapa kota sebelum ditinggalkan, seperti Sambas, Mempawah dan Landak Ngabang.
Dalam perkembangan begitu cepat, Setelah Pemangkat dan Singkawang direbut dan dukuasai, dari sini balatentara Jepang membagi dua kekuatan pasukan militernya. Sebagian bergerak ke arah selatan bergabung dengan pasukan yang telah mendarat lebih dahulu di muara Sungai Kapuas, bagian ini kemudian merebut dan menguasai Kota Pontianak sepenuhnya sejak 2 Februari 1942. Dan bagian keduanya, bergerak ke arah timur tujuan merebut pangkalan udara Sanggau Ledo Singkawang II. Setelah pangkalan udara ini direbut, lumpuhlah kekuatan udara Belanda. Bahkan seluruh kekuatan militer dan kekuasaannya di Kalimantan Barat berakhir.
Awal Februari 1942 Pontianak sepenuhnya diduduki Jepang tanpa perlawanan. Tentara KNIL pimpinan Overste Mars sebelumnya mengundurkan pasukannya ke Nanga Sokan Afdeling Sintang untuk bergabung dengan KNIL di Banjarmasin. Di sana merencanakan bertahan di Gunung Kerihun hulu Kapuas di bawah pimpinan Gubernur Borneo Dr BJ Haga yang telah menyingkir ke pedalaman. Pada 15 Februari Jepang menguasai Banjarmasin, sehingga rencana pemusatan kekuatan di Gunung Kerihun yang strategis di jantung Pulau Borneo tak direalisasikan. Bahkan seluruh KNIL ditawan serdadu Jepang dan dikirim ke rumah penjara Kuching Kamp di Sarawak.
Militer Belanda diperkuat sedikit pasukan KNIL di Pontianak, sebagian melarikan diri ke Ngabang arah timur kota ini. Waktu itu Ngabang telah diduduki Jepang, meski pasukan Jepang yang ada belum dalam jumlah memadai. Menghindari pertempuran dengan Jepang, pasukan Belanda meneruskan pelarian ke Sanggau Kapuas, seterusnya ke Melawi dan Kotabaru Sintang. Akan tetapi sebelum melarikan diri, mereka lebih dahulu menghancurkan jembatan Ngabang yang terkenal besar dan megah di atas Sungai Landak dengan dinamit. Jembatan ini saat diledakkan belum setahun peresmiannya oleh Gezagghebber van Landak AB Fabber dalam Juli 1941.
Gerak cepat menuju Pontianak, Pasukan ke-29 balatentara Jepang Dai Nippon dari Sarawak menangkap lima orang pejabat tinggi pemerintah Hindia Belanda di Mempawah. Seorang di antaranya, Controleur Mempawah Jan van Appel langsung dipenggal kepalanya. Sedang empat orang lainnya ditawan ke Pontianak. Di Pontianak, dua orang tawanan merupakan pegawai bank pemerintah Hindia Belanda mengalami nasib yang sama serupa Appel. Disaksikan massa rakyat di pelabuhan Theng Seng Hie tepi Sungai Kapuas Pontianak yang tidak jauh dari Gedung Jacobson van den Berg, keduanya tewas. Sedangkan Dr AJ. Knibbe Controleur Pontianak ditawan, di kamp militer bekas KMK Belanda mendapat penyiksaan berat.
Saat Kalimantan Barat mulai diduduki Jepang, kekuatan militer Belanda sudah tidak seberapa besar untuk ukuran pertahanan daerah. Seluruh kekuatan militer Belanda saat itu 700 personil. Awal Desember 1941, memperkuat posisi ini sekaligus untuk mempertahankan Kalimantan Barat, dari Jawa dikirim delapan brigade di bawah komando Overste Gortmans menggantikan Overste Marks yang sebelumnya selaku Komandan Teritorial. Gortmans mengarahkan pertahanan pasukan ke daerah Sanggau Ledo dan Seluas.
Hingga akhir kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda dalam 1941, kekuatan militer Belanda di sekitar satu batalyon di bawah pimpinan Overste Marks. Masing-masing dengan kekuatan Kompi 1 dipimpin Kapten Martin di Pontianak, Kompi 2 dipimpin Kapten van Sprio di Sintang, Kompi 3 dipimpin Kapten de Houde di Singkawang dan Kompi 4 dipimpin Kapten Touwen di Ketapang. Menjelang pecah Perang Dunia II, kekuatan tersebut ditambah pasukan artileri, kaveleri dan korp kesehatan yang khusus didatangkan dari Jawa.
Adapun yang didatangkan dari Sumatera terdiri dari pasukan Grilya Istimewa satu peleton serta tambahan tenaga lainnya dipimpin Overste Kortman. Dislokasi pasukan diperluas meliputi Ketapang, Sukadana, Ngabang, Nanga Tayap, Sintang, Bengkayang, Pemangkat, Sambas, Sanggau Ledo dan Pontianak. Kekuatan senjata militer Belanda masing-masing 1 Peleton Penangkis Serangan Udara terdiri 3 unit 12,7 dan 2 unit meriam kecil lapangan, 1 Kompi Bantuan Anti Tank dan senapan mesin berat serta 1 Kelompok Kendaraan Lapis Baja.
Sejak 29 Ichigatsu 2602 (29 Januari 1942), pmerintahan Kalimantan (Borneo) Barat dikendalikan Gunseibu, untuk seterusnya dilanjutkan atau digantikan Minseibu. Pada 20 Jugatsu 2602 bertempat di Gedung Kaigun Kaigisjo Pontianak dilangsungkan rapat pemerintahan Borneo Barat. Balatentara Jepang mendarat pertamakali di Kalimantan Barat, mulai dari Pemangkat 26 Ichigatsu 2602. Dua hari kemudian, 28 Ichigatsu 2602, pasukan ini bergerak dan menduduki Pontianak, seterusnya menduduki Singkawang, Mempawah dan sekitarnya.
Pada 29 Ichigatsu 2602 (29 Januari 1942) tiba di Pontianak Opsir Nippon, Morita, sebagai pimpinan sementara Dai Nippon untuk Kalimantan Barat, baik sipil maupun militer. Selanjutnya sebulan kemudian, Februari 1942, Morita diganti Izumi sebagai gunseibu. Izumi segera mengaktifkan media massa propaganda Borneo Barat Shinbun (BBS) dan merestui dibentuknya Nis Sin Kwai (Nissinkwai). Dengan peralihan kekuasaan atas Kalimantan Barat dari Rikugun ke Kaigun, maka Izumi digantikan Kuno. Kuno kemudian digantikan S Yoneda yang meneruskan kekuasaan pemerintahan selanjutnya.
Di masa Yoneda selaku Gunseibu Kalimantan Barat, selain Nis Sin Kwai (NSK), ia membolehkan untuk terus aktif 3 organisasi lain. Masing-masing Indo Djin Djijoe Renmei (Indian Independence League) Pontianak, Serikat Dagang Indonesia Pontianak (Sadip) dan Sin Boku Kai (Pervindo).
Indo Djin Djijoe Renmei (Indian Independence League, IIL Pontianak) terdiri dari Kernal Singh, V Tarachand, Lilaram, Md Joesoef, A Madjid, MRE Ponnusamy dan Lekhoomal. Adapun Sadip terdiri dari Nasroen gelar Radja Soetan Pangeran (Ketua), M Rasad (Wakil Ketua), MK Soekimo (Penulis), M Tahir H Arip (Bendahara) dengan anggota pengurus Ramli HM Tahir, M Joesoef, H Djafar H Abdoerrasjid, Jasid gelar Soetan Roemah Tinggi, H Badroeddin H Abdul Fattah, Goesti Mohammad Poetra, MK Indera Mahjoeddin, H Harahap dan Ranie Soelaiman. Adapun Sin Boku Kai (Pervindo) terdiri dari A Kismet (Ketua), Natarsjah (Ketua Muda), HM Aboebakar (Penulis), SS Faizulla (Bendahara) dengan anggota Goelam Abbas bin Abdoel Hoesein, Govindabaij, HM Abdullah, Lilaram, A Madjid dan Lalsingh serta penasehat Kernal Singh dan Lekhoomal.
Pada 13 Shichigatsu 2602 (13 Juli 1942, Senin) untuk pertamakalinya sejak dibentuk Februari 1942, diadakan rapat pengurus organisasi Nis Sin Kwai (Nissinkwai, NSK), bertempat di Sositeit Medan Sepakat di Landraadweg (Jalan Jenderal Urip Pontianak sekarang). Rapat dibuka Ketua Nissinkwai Notosoedjono (Rd Pandji Mohamad Dzoebier Notosoedjono). Dipertegas dalam rapat pengurus tersebut, bahwa: “…organisasi ini dibentuk dengan maksud jaitoe hendak mentjahari soeatoe persatoean jang kekal dan kemadjoean diantara kita bangsa2 Asia seloeroehnja …”
Dijelaskan juga, “… karena itoe djoega pendirian dan Nis Sin Kwai disini boekan sadja mendapat persetoedjoean dari pembesar2 militer Nippon disini, tapi poela mendapat sokongan, seperti andjoeran dari pihak atasan soepaja sekalian pegawai2 negeri mesti memasoekkan dirinja dalam perserikatan ini …”
Semboyan organisasi ini (Nis Sin Kwai) adalah Hidoeplah Dai Nippon! Hidoeplah Nis Sin Kwai! Hidoeplah Asia Raja! Berdasarkan Azas dan Toedjoean atau Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga-nya dijelaskan: Nis berarti Nippon, Sin artinya wakil masyarakat, dan Kwai artinya perserikatan atau organisasi. Ditegaskan pula, “…oentoek akan dapat mentjiptakan persatoean jang dikandoengnja itoe, maka tiap2 orang jang telah masoek dalam Nis Sin Kwai mesti bekerja dengan sedapat2nja mempropagandakan tjita2 dari partainja, baik dengan moeloet, maoepoen dengan toelisan, sehingga tertjapailah angan2 dan tjita2 dari partai Nis Sin Kwai ini …”
Pada 15 Shichigatsu 2602 (15 Juli 1942, Rabu), sejak hari ini pelaksana pemerintahan pendudukan Dai Nippon dialihkan dari semula Rikugun Gun Sei Bu (Gunseibu) kepada Kaigun Min Sei Bu (Minseibu). Struktur pemerintahan sebagaimana struktur pemerintahan di masa kolonial Belanda, sebelum Perang Dunia II, di Kalimantan Barat, tidak mengalami perubahan. Sebagai Min Sei Bu Shutcho Sho diangkat Kenkichi Kuno (K Kuno) dengan sebutan Shutchosho Cho Dai Nippon Kaigun Min Sei Bu atau Pembesar Kantor Min Sei Bu Borneo Barat Cabang Pontianak.
Sebelumnya, sejak pendudukan Pontianak, jabatan ini dijabat oleh S Izumi dari Gunseibu (Angkatan Darat) Dai Nippon Teikoku. Izumi menjabat antara Desember 1941 sampai 15 Juli 1942. Bersama Izumi, pimpinan pasukan Angkatan Darat atau Kepala Pasoekan Bintang selama ini dijabat oleh Omino. Beberapa pejabat teras lainnya seperti Okoeda, Watanabe dan Sakano yang bertugas di Singkawang.
Pada 17 Hachigatsu 2602 (17 Agustus 1942), memulai jabatannya memerintah di Pontianak, S Joneda, selaku Borneo Minseibu Pontianak Shibu-Cho. Joneda adalah pembesar militer Jepang yang menggantikan Kuno, peabat atau penguasa militer sebelumnya. Pada 9 Kugatsu 2602 (9 September 1942), organisasi Parindra Kalimantan Barat membubarkan diri atas tekanan pemerintah Dai Nippon. Pembubaran itu didasarkan pada Undang Undang Nomor 23 dari Balatentara Dai Nippon di Jakarta, serta diberlakukannya peraturan larangan untuk berkumpul sejak 27 Juli 1942 yang memang sudah ditetapkan sebelumnya. Pernyataan pembubaran itu ditandatangani Majelis Daerah Parindra Kalimantan Barat yang terdiri dari Ranie Soelaiman (Bung Djasafandi), Hidajat Ismail, Notosoedjono (RP Mohammad Dzoebier Notosoedjono), dr RMA Diponegoro dan Mohd Tahir.
Pada 30 September 1942 diumumkan susunan pemerintahan di Pontianak, masing-masing Sigeeda (Bidang Pemerintahan), Kuno (Keuangan), Ishida (ekonomi) dan Urusan Umum dirangkap Yoneda. Pada hari yang sama diumumkan pula kepengurusan Pontianak Ishutsunyu Kumiai, terdiri dari Ketua Lim Ek Djoe dengan anggota Yanagisawa, K Ogawa, Ng Ngiap Soen, Tjhin Tjhong Hin, Nasroen gelar Radja Soetan Pangeran, H Abdullah HA Fattah, Rohana, Sj Abd b Sj Aboebakar, dan Tarachand.
PERISTIWA MAUT KAPAL TERBANG SEMBILAN
Balatentara Jepang mulai menduduki Kalimantan Barat melalui Kota Pontianak sejak Jumat 19 Desember 1941 pukul 11.00 tengah hari. Hari itu sebagian besar kaum muslimin tengah sholat Jumat. Jepang membom secara brutal, banyak warga sipil dan anak sekolah yang jadi korban. Pemboman daerah Kampung Bali itu oleh banyak saksi mata dikatakan salah sasaran. Yang dituju pesawat pembom Jepang itu Tangsi Militer Belanda yang ada di hadapannya.
Selanjutnya berturut-turut 19, 22 dan 27 Desember 1941 Kota Pontianak terus menerus dihujani bom sehingga menghanguskan Kampung Bali dan Parit Besar serta bagian wilayah kota lainnya. Kapal Lien dan Irma milik Pontianak River Transport Dient yang merupakan angkutan andalan sungai pada masa itu dibom tenggelam di Sukalanting sekitar 30 Km dari Kota Pontianak. Kapal Sri Kapoeas dan West Borneo tidak diketahui nasibnya. Demikian pula kapal swasta Kong Neng, Kong Fa dan lainnya yang berlayar hingga Putussibau.
Sejumlah sembilan unit pesawat tempur menderu-deru. Kesembilan pesawat itu masing-masing jenis A6M2 Zero yang bertolak dari pangkalan Davao di Mindanao Selatan yang baru ditinggalkan pasukan Amerika. Peristiwa ini dikenal luas kemudian dengan Peristiwa Bom Sembilan atau Peristiwa Kapal Terbang Sembilan. Serangan atas Pontianak dan sekitarnya itu didahului pesawat pengintai C5M2, juga buatan Mitsubishi, satuan pesawat Zero terbang dari Sarawak ke arah Kota Pontianak.
Armada Angkatan Laut Dai Nippon (Kaigun) mendarat di perairan utara Kalimantan Barat di Pemangkat lewat Tanjung Kodok pada 22 Januari 1942. Sedikitnya berjumlah 3.000 orang, mereka berasal dari Sarawak yang merupakan kesatuan tempur dari Pasukan ke-29. Pendaratan itu tidak mendapat hadangan dari tentara Belanda yang sudah kocar-kacir. Meski sempat bertahan di kawasan Gunung Pendering 45 Kilometer arah timur Singkawang. Hampir waktu bersamaan di tempat terpisah, pendaratan itu terjadi pula di Ketapang.
Belanda punya perhitungan lain, membumihanguskan beberapa kota sebelum ditinggalkan, seperti Sambas, Mempawah dan Landak Ngabang.
Dalam perkembangan begitu cepat, Setelah Pemangkat dan Singkawang direbut dan dukuasai, dari sini balatentara Jepang membagi dua kekuatan pasukan militernya. Sebagian bergerak ke arah selatan bergabung dengan pasukan yang telah mendarat lebih dahulu di muara Sungai Kapuas, bagian ini kemudian merebut dan menguasai Kota Pontianak sepenuhnya sejak 2 Februari 1942. Dan bagian keduanya, bergerak ke arah timur tujuan merebut pangkalan udara Sanggau Ledo Singkawang II. Setelah pangkalan udara ini direbut, lumpuhlah kekuatan udara Belanda. Bahkan seluruh kekuatan militer dan kekuasaannya di Kalimantan Barat berakhir.
Awal Februari 1942 Pontianak sepenuhnya diduduki Jepang tanpa perlawanan. Tentara KNIL pimpinan Overste Mars sebelumnya mengundurkan pasukannya ke Nanga Sokan Afdeling Sintang untuk bergabung dengan KNIL di Banjarmasin. Di sana merencanakan bertahan di Gunung Kerihun hulu Kapuas di bawah pimpinan Gubernur Borneo Dr BJ Haga yang telah menyingkir ke pedalaman. Pada 15 Februari Jepang menguasai Banjarmasin, sehingga rencana pemusatan kekuatan di Gunung Kerihun yang strategis di jantung Pulau Borneo tak direalisasikan. Bahkan seluruh KNIL ditawan serdadu Jepang dan dikirim ke rumah penjara Kuching Kamp di Sarawak.
Militer Belanda diperkuat sedikit pasukan KNIL di Pontianak, sebagian melarikan diri ke Ngabang arah timur kota ini. Waktu itu Ngabang telah diduduki Jepang, meski pasukan Jepang yang ada belum dalam jumlah memadai. Menghindari pertempuran dengan Jepang, pasukan Belanda meneruskan pelarian ke Sanggau Kapuas, seterusnya ke Melawi dan Kotabaru Sintang. Akan tetapi sebelum melarikan diri, mereka lebih dahulu menghancurkan jembatan Ngabang yang terkenal besar dan megah di atas Sungai Landak dengan dinamit. Jembatan ini saat diledakkan belum setahun peresmiannya oleh Gezagghebber van Landak AB Fabber dalam Juli 1941.
Gerak cepat menuju Pontianak, Pasukan ke-29 balatentara Jepang Dai Nippon dari Sarawak menangkap lima orang pejabat tinggi pemerintah Hindia Belanda di Mempawah. Seorang di antaranya, Controleur Mempawah Jan van Appel langsung dipenggal kepalanya. Sedang empat orang lainnya ditawan ke Pontianak. Di Pontianak, dua orang tawanan merupakan pegawai bank pemerintah Hindia Belanda mengalami nasib yang sama serupa Appel. Disaksikan massa rakyat di pelabuhan Theng Seng Hie tepi Sungai Kapuas Pontianak yang tidak jauh dari Gedung Jacobson van den Berg, keduanya tewas. Sedangkan Dr AJ. Knibbe Controleur Pontianak ditawan, di kamp militer bekas KMK Belanda mendapat penyiksaan berat.
Saat Kalimantan Barat mulai diduduki Jepang, kekuatan militer Belanda sudah tidak seberapa besar untuk ukuran pertahanan daerah. Seluruh kekuatan militer Belanda saat itu 700 personil. Awal Desember 1941, memperkuat posisi ini sekaligus untuk mempertahankan Kalimantan Barat, dari Jawa dikirim delapan brigade di bawah komando Overste Gortmans menggantikan Overste Marks yang sebelumnya selaku Komandan Teritorial. Gortmans mengarahkan pertahanan pasukan ke daerah Sanggau Ledo dan Seluas.
Hingga akhir kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda dalam 1941, kekuatan militer Belanda di sekitar satu batalyon di bawah pimpinan Overste Marks. Masing-masing dengan kekuatan Kompi 1 dipimpin Kapten Martin di Pontianak, Kompi 2 dipimpin Kapten van Sprio di Sintang, Kompi 3 dipimpin Kapten de Houde di Singkawang dan Kompi 4 dipimpin Kapten Touwen di Ketapang. Menjelang pecah Perang Dunia II, kekuatan tersebut ditambah pasukan artileri, kaveleri dan korp kesehatan yang khusus didatangkan dari Jawa.
Adapun yang didatangkan dari Sumatera terdiri dari pasukan Grilya Istimewa satu peleton serta tambahan tenaga lainnya dipimpin Overste Kortman. Dislokasi pasukan diperluas meliputi Ketapang, Sukadana, Ngabang, Nanga Tayap, Sintang, Bengkayang, Pemangkat, Sambas, Sanggau Ledo dan Pontianak. Kekuatan senjata militer Belanda masing-masing 1 Peleton Penangkis Serangan Udara terdiri 3 unit 12,7 dan 2 unit meriam kecil lapangan, 1 Kompi Bantuan Anti Tank dan senapan mesin berat serta 1 Kelompok Kendaraan Lapis Baja.
Jumat, 28 September 2012
Bagan Organisasi Gugus Depan
10.06
No comments
sumber : Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka no.231 tahun 2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan Gerakan Pramuka
Rabu, 26 September 2012
Hari-hari penting
01.35
No comments
HARI HARI PENTING YANG PERLU DIINGAT
Januari
1 Januari : Hari Perdamaian Dunia
1 Januari : Tahun Baru
3 Januari : Hari Departemen Agama
5 Januari : Hari Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL)
5 Januari : Hari Ulang Tahun Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
10 Januari : Hari Ulang Tahun Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
15 Januari : Hari Peristiwa Laut dan Samudera
25 Januari : Hari Gizi & Makanan
25 Januari : Hari Kusta Internasional
31 Januari : Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU)
Februari
5 Februari : Hari Ulang Tahun Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
5 Februari : Hari Peristiwa Kapal Tujuh
9 Februari : Hari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
9 Februari : Hari Kavaleri
13 Februari : Hari Persatuan Farmasi Indonesia
14 Februari : Hari Peringatan Pembela Tanah Air (PETA)
19 Februari : Hari KOHANUDNAS
22 Februari : Hari Istiqlal
28 Februari : Hari Gizi Nasional Indonesia
Maret
1 Maret : Hari Kehakiman Indonesia
1 Maret : Hari Peristiwa Serangan Umum di Jogyakarta
6 Maret : Hari KOSTRAD
8 Maret : Hari Wanita Internasional
9 Maret : Hari Musik Nasional
10 Maret : Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI)
11 Maret : Hari Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR)
14 Maret : Hari Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
18 Maret : Hari Arsitektur Indonesia
23 Maret : Hari Meteorologi Sedunia
24 Maret : Hari Peringatan Bandung Lautan Api
27 Maret : Hari Women International Club (WIC)
30 Maret : Hari Film Indonesia
April
1 April : Hari Bank Dunia
6 April : Hari Nelayan Indonesia
7 April : Hari Kesehatan Internasional
9 April : Hari Penerbangan Nasional
15 April : Hari Zeni
16 April : Hari KOPASSUS (Komando Pasukan Khusus)
18 April : Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika
19 April : Hari Pertahanan Sipil (HANSIP)
21 April : Hari Kartini
22 April : Hari Bumi
24 April : Hari Angkutan Nasional
24 April : Hari Solidaritas Asia-Afrika
27 April : Hari Permasyarakatan Indonesia
M e i
1 Mei : Hari Peringatan Pembebasan Irian Barat
1 Mei : Hari Buruh Sedunia
2 Mei : Hari Pendidikan Nasional
3 Mei : Hari Surya
8 Mei : Hari Henry Dunant
5 Mei : Hari Lembaga Sosial Desa (LSD)
11 Mei : Hari POM - TNI
17 Mei : Hari Buku Nasional
19 Mei : Hari Korps Cacat Veteran Indonesia
20 Mei : Hari Kebangkitan Nasional
21 Mei : Hari Peringatan Reformasi
Juni
1 Juni : Hari Lahir Pancasila
1 Juni : Hari Anak-anak Sedunia
3 Juni : Hari Pasar Modal Indonesia
5 Juni : Hari Lingkungan Hidup Sedunia
17 Juni : Hari Dermaga
22 Juni : Hari Ulang Tahun Kota Jakarta
24 Juni : Hari Bidan Indonesia
26 Juni : Hari Anti Narkoba Sedunia
29 Juni : Hari Keluarga Berencana Nasional
Juli
1 Juli : Hari Bhayangkara
1 Juli : Hari Anak-anak Indonesia
5 Juli : Hari Bank Indonesia
9 Juli : Hari Satelit Palapa
12 Juli : Hari Koperasi
22 Juli : Hari Kejaksaan
23 Juli : Hari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
29 Juli : Hari Bhakti TNI Angkatan Udara
Agustus
5 Agustus : Hari Dharma Wanita Indonesia
8 Agustus : Hari Ulang Tahun ASEAN
10 Agustus : Hari Veteran Nasional
13 Agustus : Hari Peringatan Pangkalan Brandan Lautan Api
14 Agustus : Hari Pramuka
17 Agustus : Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
18 Agustus : Hari Konstitusi Republik Indonesia
19 Agustus : Hari Departemen Luar Negeri Indonesia
21 Agustus : Hari Maritim Nasional
24 Agustus : Hari Televisi Republik Indonesia (TVRI)
September
1 September : Hari Polisi Wanita (POLWAN)
3 September : Hari Palang Merah Indonesia (PMI)
8 September : Hari Aksara
8 September : Hari Pamong Praja
9 September : Hari Ulang Tahun Partai Demokrat
9 September : Hari Olahraga Nasional
11 September : Hari Radio Republik Indonesia (RRI)
17 September : Hari Perhubungan Nasional
24 September : Hari Tani
27 September : Hari Pos Telekomunikasi Telegraf (PTT)
28 September : Hari Kereta Api
29 September : Hari Sarjana Indonesia
30 September : Hari Peringatan Pemberontakan G30S/PKI
Oktober
1 Oktober : Hari Kesaktian Pancasila
5 Oktober : Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI)
9 Oktober : Hari Surat Menyurat Internasional
14 Oktober : Hari Pangan Sedunia
15 Oktober : Hari Hak Asasi Binatang
16 Oktober : Hari Parlemen Indonesia
20 Oktober : Hari Ulang Tahun Golongan Karya
24 Oktober : Hari Dokter Indonesia
24 Oktober : Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
27 Oktober : Hari Penerbangan Nasional
27 Oktober : Hari Listrik Nasional
28 Oktober : Hari Sumpah Pemuda
30 Oktober : Hari Keuangan
November
3 November : Hari Kerohanian
10 November : Hari Pahlawan
10 November : Hari Ganefo
12 November : Hari Kesehatan Nasional
14 November : Hari Brigade Mobil (BRIMOB)
21 November : Hari Pohon
22 November : Hari Perhubungan Darat
25 November : Hari Guru
Desember
1 Desember : Hari AIDS Sedunia
1 Desember : Hari Artileri
9 Desember : Hari Armada
9 Desember : Hari Korupsi
10 Desember : Hari Hak Asasi Manusia
12 Desember : Hari Transmigrasi
15 Desember : Hari Infanteri
19 Desember : Hari Trikora
22 Desember : Hari Ibu
22 Desember : Hari Sosial
22 Desember : Hari Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD)
Selasa, 25 September 2012
Senin, 24 September 2012
22.35
No comments
Simbol pramuka dunia yang berasal dari peta kuno,simbol ini juga tertera pada ujung kompas yang menunjuk arah utara.Menurut Baden Powell simbol ini mencerminkan "Jejak baik yang harus diikuti oleh setiap Pramuka".